Sebenarnya aku tidak begitu menyukai olahraga, lebih tepatnya aku malas berolahraga. Begitu pula kalau harus menonton pertandingan bola, lebih baik aku mengerjakan hal lain yang menurutku lebih bermanfaat.
Tapi sore ini lagi-lagi aku mendapatkan jarkom, bahwa ada pertandingan futsal dan anggota BEMJ harus berpartisipasi dengan menontonnya. Pertandingan futsal kali ini merupakan salah satu proker departemen seni dan olahraga (senior). Rabu kemarin aku sudah tidak menghadirinya, rasanya ngga enak juga. Maka akhirnya aku pun berangkat ke Baliviu masih dengan pakaian kuliah serta laptop yang berat di dalam tasku.
Pertandingan dimulai pukul 18.00, ketika kami sampai di sana angkatan ’06 sedang melawan angkaran ’08. Berhubung belum shalat maghrib, aku lebih memilih mengajak Sitti ke mushalla dulu.
Sehabis shalat, pertandingan tadi sudah berakhir, dengan kemenangan dikantongi angkatan ’08. Walaupun aku datang karena BEMJ (sebelumnya karena Allah tentunya), tetap saja aku lebih mendukung kelasku, angkatan ’06.
Berikutnya adalah ’06 melawan ’07. Huda sebagai ketua BEMJ bersorak menyemangati PSPD. Kadang-kadang ia menyemangati ’06. Aku pun ikut-ikutan saja, begitu pula yang lain. Maka kami pun yang biasanya pendiam tiba-tiba berubah jadi tim sorak.
Sebenarnya aku ada janji dengan adik kelas di kosan jam 20.00. Tapi rasanya sayang juga langsung pulang sebelum menyelesaikan pertandingan. Maka niatku yang semula cuma menonton sebentar, berubah jadi menyelesaikannya.
Seusai ’06 lawan ’07 yang dimenangkan oleh ’06, pertandingan kembali dilanjutkan, yaitu ’06 lawan ’08 dengan grup yang berbeda. Dan kemenangan pun kembali diraih ’06. Rasanya tidak sia-sia aku datang ke sini.
Dalam pertandingan kadang terjadi kekerasan. Ada beberapa pemain yang terjatuh dan agak merintih. Ada juga yang emosinya terpancing. Ketika melihat hal tersebut, rasanya aku merasa ngeri. Namun Alhamdulillah, begitu pertandingan usai, ada sesi maaf-maafan dan juga pesan kesan. Menurut Billawar ’08, dalam pertandingan futsal memang suatu kewajaran ada sikut-menyikut, jadi jangan diambil hati. Kalau tidak mau begitu, lebih baik main catur saja. Aku pikir, benar juga. Kadang saat sambung di silat aku juga suka menendang saudaraku. Tapi tidak ada niat untuk menyakiti sedikit pun. Dan ketika jariku sampai bengkok pun, tidak ada rasa dendam di sana.
Terakhir kami foto-foto sebelum pulang. Dan Ali mengingatkan ini baru kualifikasi. Semifinal masih menanti dan sepertinya aku akan menonton futsal lagi. Yang jelas, aku senang melihat kebahagiaan departemen senior ketika kami datang. Karena kita satu BEMJ Pendidikan Dokter.
Post a Comment
Post a Comment