Skizofrenia Paranoid adalah gangguan jiwa yang oleh orang awam biasa disebut orang gila. Walau pun begitu, dalam kedokteran tidak ada istilah orang gila, yang ada adalah orang dengan gangguan jiwa. Untuk menegakkan skizofrenia paranoid harus memenuhi kriteria seperti yang ada dalam PPDGJ. Sebelum memaparkan penanganan Skizofrenia Paranoid, saya akan mengemukakan sebuah contoh kasus.
Pasien bernama Dr. Minor (1834-1920 M), kebangsaan Amerika (sebenarnya dalam kedokteran tidak dibenarkan untuk menjelaskan identitas pasien, namun di sini saya memberikan contoh seorang pasien yang memang sudah terkenal untuk memudahkan pemaparan).
Ia dirawat di rumah sakit jiwa penjara Broadmoor karena membunuh seseorang saat jiwanya terganggu. Gejala yang dialaminya adalah halusinasi berupa sekelompok orang yang mendatanginya pada malam hari, menyiksanya, memaksanya melakukan hal-hal yang tidak senonoh, dan merusak barang-barangnya. Ia memiliki waham bahwa sekelompok orang ingin menghancurkannya.
Penyebab gangguan yang dialaminya diduga adalah pengalaman menjadi asisten dokter saat perang saudara di Amerika.
Yang membuat Dr. Minor cukup terkenal adalah ia merupakan voluntir yang cukup berjasa dalam pembuatan Oxford English Dictionary.
Menangani pasien dengan gangguan jiwa bukan hanya tugas dokter. Orang terdekat biasanya orang yang akan tahu lebih dulu jika ada sesuatu yang ganjil. Pasien dengan gangguan jiwa biasanya akan menceritakan keluhan yang ia alami, seperti Dr. Minor yang bercerita kepada keluarganya tentang sekelompok orang yang ingin menghancurkannya dan sering mendatanginya pada malam hari.
Jika yang bersangkutan adalah orang yang tidak pernah bohong, biasanya keluarga akan menanggapi dengan serius. Namun seiring berjalannya waktu keluarga akan sadar bahwa ini hanya keluhan tidak beralasan. Kebanyakan orang tidak akan mengacuhkan keluhan ini dan membiarkannya begitu saja. Jika gejala bertambah parah atau sampai mengamuk, baru keluarga membawa yang bersangkutan ke dokter.
Ketika seseorang mengatakan bahwa ia melihat bayangan hitam yang mendatanginya dan menyiksanya pada malam hari, ada tiga kemungkinan yang terjadi. Pertama, orang tersebut hanya mengada-ada dan ingin mencari perhatian. Kedua, ia memang melihat makhluk halus. Ketiga, itu hanya halusinasinya saja. Orang dengan gangguan jiwa mengalami hal yang ketiga.
Perlu diingat, walau pun hanya halusinasi yang dialami oleh yang bersangkutan, dimana orang lain tidak bisa melihat, mendengar dan merasakannya, tapi apa yang dirasakan oleh pasien adalah nyata. Ketakutannya adalah nyata walau pun pada sesuatu yang tidak nyata. Dan pasien sangat terganggu dengan hal ini sehingga ia akan mengeluhkannya kepada orang lain.
Keluarga hendaknya bisa berempati terhadap apa yang dialami pasien dan jangan menyalahkan pasien, karena tidak ada pasien yang mau mengalami hal tersebut. Jika hal ini sudah cukup mengganggu bawalah pasien berobat.
Dokter jiwa atau psikiater menegakkan diagnosis dengan wawancara, mencakup riwayat yang mungkin jadi pemicu gangguan jiwa. Setelah diagnosis ditegakkan biasanya akan diberi obat. Untuk pasien skizofrenia paranoid biasanya diberi obat anti psikosis. Pada kasus Dr. Minor, ia tidak mendapatkan anti psikosis karena waktu itu belum ditemukan (bahkan nama skizofrenia paranoid waktu itu belum dikenal). Obat anti psikosis seperti Haloperidol baru ditemukan sekitar 1950-an, dan sekarang sudah ada anti psikosis atipikal dengan efek samping yang lebih rendah.
Obat antipsikosis terbukti dapat mengurangi dan menghilangkan halusinasi yang dialami pasien. Saya melakukan wawancara dengan pasien di Rumah Sakit Mazuki Mahdi (RSMM) Bogor dan pasien mengatakan halusinasinya berkurang sejak dirawat dan minum obat. Karena halusinasi merupakan sesuatu yang mengganggu pasien, maka dengan berkurangnya halusinasi, maka pasien pun menjadi lebih tenang dan nyaman.
Walau begitu perlu diketahui bahwa obat anti psikosis memiliki efek samping seperti efek piramidal. Perlu penjelasan kepada pasien dan keluarga mengenai efek samping tersebut. Biasanya dokter akan memberikan obat tambahan untuk mencegah efek samping.
Penggunaan antipsikosis harus dilakukan terus-menerus. Pengurangan dosis harus berdasarkan resep dokter. Saya menemui banyak kasus dimana pasien kambuh karena putus obat. Hal ini juga memerlukan pemahaman dari pasien dan keluarga.
Penanganan skizofrenia paranoid tidak hanya dengan obat, faktor lain yang cukup berperan adalah sosial lingkungan. Pasien yang menikah, memiliki pekerjaan, maupun bersekolah mempunyai prognosis yang baik. Kegiatan yang bermanfaat bisa mengalihkan perhatian pasien dari gangguan yang ia alami. Dr. Minor menghabiskan kurang lebih 20 tahun dari umurnya di penjara Broadmoor sebagai voluntir dalam pembuatan Oxford English Dictionary (OED). Walau pun pada malam hari ia dihantui oleh halusinasi yang sangat mengganggunya. Pada siang hari ia adalah seseorang dengan intelektual yang tinggi dengan kecintaannya yang besar terhadap bahasa. Ia menghabiskan hari-harinya dengan membaca buku dan membuat kutipan untuk OED. Menurut para perawat, waktu itu keadaan jiwa Dr. Minor tampak lebih stabil.
Berikutnya yang tidak kalah penting adalah agama. Dalam agama Islam, orang gila bebas dari tuntutan agama. Dengan perkembangan ilmu psikiatri sekarang, gangguan jiwa seperti apa yang dimaksud orang gila yang bebas dari tuntutan agama? Jika semua yang ada dalam PPDGJ merupakan orang gila yang bebas dari tuntutan agama, maka mungkin saya pun bebas dari tuntutan agama. Sayangnya ilmu saya belum sampai ke sana sehingga saya tidak akan memberikan batasan di sini.
Yang ingin saya bahas adalah menerapkan nilai-nilai agama sedapat mungkin. Pada kasus Dr. Minor (sayang dia non muslim), walau pun diganggu oleh halusinasi yang cukup menyiksa pada malam hari, pada siang hari ketika kondisinya sedang baik, ia bisa berkomunikasi, bergaul, dan bisa membedakan baik dan buruk. Orang seperti ini tidak ada salahnya diajak menjalankan ibadah seperti shalat dan mengaji jika dia adalah muslim. Walaupun sekali lagi orang gila bebas dari tuntutan agama, namun mendekatkan diri kepada Allah baik untuk semua orang. Masalah ibadahnya diterima atau tidak adalah urusan Allah.
Dengan berbagai pendekatan yang dilakukan, semoga bisa mengubah pandangan masyarakat terhadap orang dengan gangguan jiwa. Mereka adalah orang yang sakit dan memerlukan bantuan, bukan untuk dicemooh dan dihindari. Semoga bermanfaat
makasih infonya, nice share
ReplyDeletesama-sama
ReplyDeleteSaya adalah penderita skizofrenia,dan saya perkirakan akan terus bertambah parah lalu membuat saya mati dengan hina.
ReplyDeleteKetika Anda menulis di sini dan mengaku skizofrenia, artinya Anda menyadari keadaan Anda. Sekarang tinggal langkah Anda untuk mengatasinya. Kata-kata Anda berikutnya menggambarkan suatu keputus asaan, percayalah Anda mampu. Saya bukan skizofrenia, meski didiagnostik dengan bipolar, tapi kesembuhan pada gangguan jiwa sebagian besar tergantung pada kemauan dari diri sendiri.
ReplyDeletecontoh lain dari skizofrenia
ReplyDelete