Kebetulan suami sedang tidak ada di rumah, sehingga saya yang menemui mereka. Saya pun bertanya kejelasannya.
Petugas KPU kampung mendapat data dari kantor KPU pusat. Mereka memiliki data nama-nama pendukung calon independen untuk pemilihan bupati. Sebagai calon independen, calon tersebut harus didukung oleh sejumlah orang agar bisa maju sebagai calon bupati. Ada target jumlah yang harus mereka capai. Data nama-nama pendukung tersebutlah yang ada pada KPU.
Sebelum masa verifikasi calon, ada petugas KPU yang bertugas untuk memverfikasi data tersebut di setiap kampung, di antaranya teman saya tersebut. Mereka mendata kembali para pendukung, baik yang meninggal, pindah, atau pun menyatakan tidak mendukung.
Untuk itu, mereka harus keliling kampung mendatangi rumah orang-orang yang namanya tercantum dalam data. Karena itulah mereka juga datang ke rumah saya untuk konfirmasi.
Mereka pun memperlihatkan nama suami saya beserta NIK, dan TTL nya untuk memastikan apakah itu memang benar data suami saya. Dan setelah saya baca, memang benar adanya.
Hanya saja, setahu saya, suami saya tidak pernah mendukung calon manapun. Lebih tepatnya, dia tidak peduli. Maka tidak mungkin dia mendukung calon yang ketika disebutkan namanya, saya bahkan tidak kenal.
Menurut petugas KPU, ada dua pilihan:
Pertama, membiarkan saja nama suami saya tercantum di sana. Maka saya tidak perlu melakukan apa-apa.
Kedua, memutuskan untuk menghapus nama suami saya dari daftar dengan cara menandatangi surat pernyataan.
Jika berdasarkan pikiran saya saja, saya sangat yakin bahwa suami saya memilih namanya dihapus. Namun supaya lebih yakin lagi, saya memutuskan untuk menelponnya yang sedang berada di tempat kerja. Sayang setelah ditelpon sebanyak tiga kali, telepon tidak diangkat. Tentunya dia sedang sibuk dengan kerjaan.
Saya pun menjadi orang yang mengambil keputusan agar namanya dihapus. Selain harus menandatangi surat pernyataan, petugas KPU meminta foto KTP suami saya. Berhubung saya tidak punya, saya pun mengambilkan Kartu Keluarga untuk mereka foto.
Kasus nama yang tercantum dalam daftar tanpa sepengetahuan yang bersangkutan tidak hanya dialami oleh suami saya. Nama mama saya juga tercantum. Beliau pun memutuskan untuk menghapusnya juga. Menurut petugas KPU, memanga ada yang mengaku mendaftar, namun ada juga yang tidak. Bagi mereka yang merasa tidak mendukung, ada juga yang memilih untuk membiarkannya saja karena tidak mau ribet.
Dengan adanya peristiwa ini, saya merasa kecewa dengan tim sukses calon tersebut yang sembarangan memasukkan nama orang lain. Ia mendapatkan data penduduk bisa dari mana saja. Dengan memasukkan nama seseorang tanpa persetujuan yang bersangkutan, telah mejatuhkan nama calon tersebut di mata saya. Kalau pun nantinya masih lulus verifikasi, kami yakin tidak akan memilihnya.
Di sisi lain, saya salut dengan petugas KPU di kampung saya yang bersungguh-sungguh melaksanakan kewajiban mereka untuk verifikasi data dan rela keliling kampung mendatangi rumah penduduk satu persatu. Meskipun KPU sempat terkenal dengan salah inputnya pada pemilu lalu. Saya yakin masih banyak petugas lapangan yang sungguh-sungguh dan jujur dalam melaksanakan tugasnya.
Post a Comment
Post a Comment