Pulang dari sekolah, saya singgah dulu ke percetakan. Mau bikin banner buat struktur kelas dan jadwal piket. Maunya sih suruh siswa yang kerjain. Tapi berhubung mereka ngga bosa berangkat, maka wali kelasnya yang ngerjain.
Saya ke percetakan modal tulisan doang. Designnya sara serahkan pada yang kerja di sana. Saya duduk dengan menjaga jarak dan membacakan apa yang harus ditulis.
Entah kenapa saya merasa desainnya masih kurang menarik. Saya minta supaya dibikin leboh menarik. Misalnya dengan mengganti warna latarnya menjadi biru langit seperti request siswa di kelas. Namun setelah ganti latar, perubahannya tidak kentara. Warna putih dalam kotaknya tentap mendominasi.
Masnya seperti buru-buru ingin ngesave dan menyelesaikan desain tersebut. Saya pun enggan untuk request yang macam-macam.
Saat di kasir, saya kepikiran, mestinya bisa ditambahkan kata-kata mutiara. Tapi sudah terlambat, jadi biarlah. Lagi pula saya lihat masnya mulai mengerjakan projek desain yang lain.
Angka yang tertera di nota adalah sebagai berikut :
- biaya desain 10.000
- biaya cetak 25.000/meter
Banner insya Allah bisa diambil esok hari.
Jika melihat biaya desain yang murah tersebut, saa maklum sih dengan sikap masnya yang terkesan buru-buru. Hasil desainnya menurut saya pribadi terlalu kaku. Nilai seninya kurang. Saya bahkan bisa membuat desain tersebut. Hanya saja cuma menggunakan power point. Sedangakan corel draw, saya tak bisa menggunakanya.
Saya jadi teringat dengan adik saya yang kerja di fotokopian. Ada masanya ketika banyak kerjaan, sudah siang, dan capek, dia kurang antusias menghadapi pelanggan. Belum lagi pelanggan yang terlalu banyak request terkait desain atau gambar. Itu kan memang bukan pekerjaan utama juga.
Saya juga jadi ingat suami yang tetap harus bekerja namun gaji dipotong karena corona. Motivasi kerja pun sedikit banyak bisa terpengaruh.
Dengan memikirkan berbagai keadaan mereka, saya pun jadi bisa memaklumi pembuat desain tersebut yang menurut saya kurang antusias. Kalo soal kemampuan desainnya cukup lancar sebenarnya. Hanya saja pekerjaan yang banyak mungkin membuatnya tak mau berpikir lebih untuk sekedar struktur kelas dan jadwal piket.
Lagi pula ini hanya bagian dari kelengkapan kelas. Yang penting ada dan jelas. Jika ada siswa yang protes karena merasa kurang bagus, cukup senyumi aja.
Setiap orang punya urusan masing-masing. Jika bertemu seseorang yang perbuatannya kurang pas dihati kita, bawa positif thinking aja. Mungkin dia lelah.
Post a Comment
Post a Comment