Untuk menegakkan diagnosis, diperlukan anamnesis, pemeriksaanfisik, dan penunjang. Diantara ketiganya, hal terpenting adalah anamnesis.
Kadang anamnesis terlihat sepele, hanya memerlukan keterampilan bicara dan bertanya, tapi sesungguhnya dari anamnesis inilah diagnosis ditegakkan. Setelah melakukan anamnesis, diharapkan seorang dokter sudah bisa menduga apa yang dialami pasien, sedangkan pemeriksaan fisik dan penunjang yang dilakukan sesudahnya, hanya untuk memastikan diagnosis. Oleh karena itu pemeriksaan yang dilakukan hanya yang diperlukan saja.
Nah, dan aku gagal dalam anamnesis di ujian OSCE kemarin. Setelah evaluasi, rupanya aku tidak menanyakan sesuatu yang berhubungan dengan diagnosis banding. Selain menanyakan apakah pasien mengalami serangkaian gejala penyerta dalam keluhannya yang merujuk ke diagnosis, hendaknya pertanyaa yang menjurus ke DD juga ditanyakan. Hal ini bertujuan untuk memastikan bahwa gejala tersebut tidak ada.
Oleh karena itu, seorang dokter dalam anamnesisnya tidak asal bertanya. Misalnya, pasien sedang demam, ia tidak hanya bertanya serba-serbi demamnya. Jika dari tipe demamnya ada dugaan itu adalah tifoid, maka gejala lain yang berhubungan dengan tifoid juga ditanyakan. Sedikit pertanyaan mengenai demam berdarah juga bisa ditanyakan untuk memastikan bahwa itu bukan demam berdarah.
Dalam kasus yang lain juga berlaku hal sama. Makanya, diharapkan seorang dokter menguasai berbagai jenis penyakit, terutama gejala kliniknya, selain tentu saja patogenesisnya, karena dari sanalah gejala tersebut muncul. So, aku pun harus lebih banyak belajar lagi. Semangat!
Post a Comment
Post a Comment