-->

Id, Ego, dan Superego

Post a Comment
Maka Allah mengilhamkan kepada jiwa itu (jalan) kefasikan dan ketakwaannya. Sesungguhnya beruntunglah orang yang mensucikan jiwa itu. Dan Sesungguhnya merugilah orang yang mengotorinya. (QS. Asy-Syams: 8-10)
Beberapa waktu yang lalu saya mendapatkan kuliah tentang kejiwaan. Diantaranya adalah teori yang diungkapkan oleh Freud. Salah satu teori yang ia ungkapkan adalah tentang id, superego dan ego.
 Id adalah naluri-naluri/dorongan instingtual pemuasan hak natural atas dasar kesenangan (unconscious)
 Ego adalah organ pelaksana (executive) dari jiwa (memerintah, mengendalikan & mengatur), kontak dgn dunia eksternal, polisi sensor realitas, tempat intelegensia & rasionalitas
 Superego adalah moral/ hukum kepribadian (baik-buruk, benar-salah), nilai ideal masyarakat & internalisasi ajaran orang tua.


Gambaran tentang id, ego, dan superego.

Berdasarkan teori dan gambaran di atas, penjelasan yang saya tangkap dari dosen saya, dan sedikit diskusi dari seorang mahasiswa psikologi, ada beberapa poin yang saya simpulkan. Freud menyatakan bahwa id adalah keinginan terdalam manusia, di mana kecenderungannya ke arah seks, makanan dan boleh dikatakan berbagai kejelekan itulah id. Sedangkan ego adalah apa yang tampak di permukaan atau perbuatan yang dilakukan individu sebagai implikasi dari id tersebut. Namun sebelum ego itu lahir, ada yang namanya superego yang menimbang segala sesuatu sebelum dikerjakan. Ego lahir dari norma dan sesuatu yang diajarkan sejak kecil oleh orang tua. Kebaikan yang ada pada superego menghalangi berbagai keburukan id yang mencoba untuk muncul. Maka terjadilah peperangan antara id dan superego dan pemenangnya akan muncul sebagai ego.
Salah seorang teman saya bertanya bagaimana tentang orang yang memang tumbuh dalam lingkungan yang berbeda, seperti timur dengan barat. Tentu superego dan lainnya pun berbeda. Jawabannya tentu saja memang berbeda. Oleh karena itu setiap tempat dan karakter manusia pun berbeda.
Pertanyaan lain yang muncul adalah, maka jika seseorang yang pada dasarnya sudah punya id yang buruk, kemudian tanpa pendidikan yang baik sejak kecilnya, atau dengan kata lain superegonya sangat tidak memadai, apakah ia akan mempunyai kebaikan dalam dirinya.
Di sinilah saya sangat tidak setuju dengan teori Freud tersebut. Pada dasarnya dalam diri terdalam setiap manusia sudah ada dua hal yang bertentangan, yaitu kebaikan dan keburukan. Jiwa manusia tidak hanya berisi berbagai kejelekan atau nafsu, tapi kebaikan itu pun ada dalam setiap jiwa. Penjahat paling kejam pun kadang masih bisa merasakan kasihan dan sedikit kebaikan dalam jiwanya meskipun hal tersebut tidak pernah ditanamkan padanya sewaktu ia kecil. Jadi apa yang disebut dengan superegonya mungkin sangat lemah, tapi jauh lebih dalam di lubuk hatinya, ada sebuah kebaikan.
Kebaikan bukan sekedar penghalang antara ego yang tampak di permukaan dengan id atau kejelekan yang menjadi sifat dasar. Tapi kebaikan memiliki posisi yang sejajar dengan keburukan. Di mana kebaikan akan selalu ada dalam jiwa seperti keburukana itu ada. Dan justru apabila kita semakin menengok ke dalam lagi, maka jiwa manusia itu sebenarnya berasal dari sesuatu yang suci atau fitroh.

Related Posts

Post a Comment