-->

Menulis Novel

Post a Comment


Materi FLP pada sabtu, 8 november adalah tentang novel. Materi disampaikan oleh kang Aep Saefulloh. Beliau menyajikannya dengan bahasa yang mudah dan contoh yang begitu nyata.

Beberapa hal yang beliau sampaikan dan apa yang saya pahami diantaranya adalah hal penting yang harus diperhatikan saat membuat novel.

1. Pastikan tema. Karena novel merupakan naskah yang panjang dan tentu saja lebih panjang dari pada cerpen, maka kemungkinan untuk mengganti tema menjadi lebih besar. Oleh karena itu, harus menetapkan dulu tema yang ingin digarap.

2. Tidak usah memastikan judul. Ketika bolak-balik memikirkan judul apa yang pantas dan berkali-kali mengganti judul, maka novel tersebut akhirnya hanya sampai pada judulnya saja.

Ada tiga aturan penting agar sukses menulis.

1. Have something to say. Tanpa ide atau pun tema, maka tulisan tidak akan pernah jadi.

2. Know how to say. Maksudnya bagaimana menuliskan ide tersebut, menuangkannya dalam bentuk kata-kata. Karena ide atau tema saja, tanpa dituliskan tidak akan jadi apa-apa.

3. Be able to sell it. Ini berkaitan dengan pemasaran, sgsr apa yang sudah ditulis bisa dipublikasaikan ke banyak orang

Kemudian beliau menjelaskan bagaimana ide itu bisa didapat. Diantaranya:

1. Memotret relitas. Apa yang kita lihat sehari-hari dapat menjadi tema yang diangkat dalam sebuah novel. Ketika kita melihat jalanan atau pun hal lainnya.

2. Menggagas hal baru. Dalam kepenulisan dikenal istilah epigon yaitu mengikuti naskah bagus sebelumnya. Dicontohkan tentang “Ayat-Ayat Cinta” yang best seller, maka epigonnya adalah “Bunga-Bunga Cinta”, “Pasal-Pasal Cinta” dan lain-lain. Dan biar bagaimana pun epigonisme sulit dilepas. Walau begitu, epigonisme merupakan hal yang biasa dan tidak dilarang. Masalahnya terletak pada seberapa kreatif penulis mengolahnya. Nah, dengan menggagas hal baru, maka akan menjadi ide yang bagus. Anggaplah selain tema cinta, tema horor juga banyak beredar. Maka dibuatlah perpaduan keduanya, sebagai contoh “Pocong Cinta Kuntilanak”.

3. Melawan kebiasaan. Ketika semua orang sepakat mengenai suatu hal, tulislah sesuatu yang bertentangan dengan hal tersebut, maka biasanya buku tersebut akan menjadi best seller. Tapi siap-siap saja dengan resiko yang akan dihadapi berikutnya. Andrea Hirata ia juga menggagas sesuatu yang berbeda. Ketika tema percintaan banyak diangkat, ia mengangkat tama pendidikan.

4. Mengambil inspirasi. Untuk mendapatkan inspirasi seseorang bisa berjalan ke gunung ke laut atau pun keliling dunia agar inspirasi itu datang.

5. Dll

Dari semua hal di atas, maka akan didapatkan yang namanya IDE.

Selanjutnya, setelah ide itu didapat, apakah novel itu akan langsung jadi? Tentu saja tidak. Itu baru ide yang ada di kepala. Lalu bagaimana mengembangkannya? Berikut adalah hal yang harus dipikirkan:

· Penokohan. Pikirkan siapa tokoh yang akan berperan disana. Bagaimana karakternya dan apa yang akan ia alami.

· Setting. Bagaimana waktu, tempat dan suasana pada waktu itu. Apakah di ciputat atau mungkin luar negeri.

· Alur.

·

Ketika semuanya telah terpenuhi, maka akan didapatkan KERANGKA CERITA.

Perlu diingat, bahwa fiksi tidak identik dengan suatu kebohongan. Ia merupakan dunia sekunder, dari dunia primer yang kita alami ini. Tokoh Siti Nurbaya memang tidak ada. Tapi berapa banyak perjodohan yang terjadi di Padang. Beberapa hal yang perlu menjadi catatan:

· Tulis yang anda tahu, tapi jangan sok tahu. Ketika sesuatu yang salah ditulis dalam cerita, sebagus apapun cerita tersebut, maka akan menjadi fatal kalau kesalahan itu besar. Maka tulislah yang memang kita tahu.

· Tulis yang sangat penting, jangan sok penting. Sesuatu yang sok penting hanya akan membuat novel tersebut kesana-kemari.

· Tulis dengan faktual alamiah, perhatikan urgensinya. Apabila kita harus menjelaskan sesuatu yang tidak dimengerti, maka gali informasi dengan membaca buku atau internet. Sehingga apa yang ditulis nanti benar-benar berisi dan berbobot.

· Perbanyak setting.

Berikutnya adalah penulisan naskah. Ada beberapa tekhnik untuk memulai menulis naskah yaitu:

· Teknik flashback. Cerita dimulai dengan kejadian di masa lalu.

· Teknik suspense/ketegangan cerita. Pembaca dibawa langsung pada ketegangan yang terjadi. Maka akan ada ketertarikan untuk membaca cerita tersebut. Agar ceritanya tidak langsung habis, dapat di barengi dengan flashback.

· Teknik puzzle. Tulis saja bagian yang mana pun dulu. Setelah itu bisa disusun menjadi cerita yang utuh. Hal ini berguna agar waktu tidak terbuang percuma, ketika bingung harus memulai dari mana.

· Teknik free style. Untuk penulis baru, tulis dengan awal apa saja. Setelah selesai, buanglah satu sampai dua lembar halaman awal dan perbanyaklah dalam konflik.

Ketika semua telah dilakukan, maka akan diperoleh nasakah mentah. Dan tentu, bukan nasakah ini yang akan dikirim, karena ini baru naskah mentah. Hal penting berikutnya yang dilakukan adalah mengedit. Dan ingat, ini dikerjakan setelah naskah tersebut selesai.

Salah satu hal yang harus diperhatikan adalah tokoh. Di mana tokoh adalah pelaku cerita yang terdiri dari:

· Tokoh sentral

· Tokoh utama, biasanya sama dengan tokoh sentral, walau pun juga ada beberapa perbedaan.

· Tokoh figuran

Semua naskah berisi tentang konflik. Ketika watak sudah melekat pada seorang tokoh, maka watak yang berbeda dari beberapa tokoh akan dapat menimbulkan konflik. Sifat atau karakter tokoh dengan watak akan menentukan:

· Pilihan hidup

· Sikap terhadap suatu masalah

· Perilaku sehari-hari

Hal terakhir dan terpenting yaitu pengeditan yang wajib dilakukan setelah naskah selesai. Pengeditan mencakup:

· Gaya bahasa. "Akhirnya Joni tiba di depan monas." dapat diubah menjadi "Seorang pemuda yang sudah tidak punya semangat hidup berdiri di depan sebuah tugu yang menjulang tinggi dengan sebongkah emas di puncaknya."

· Diksi/pilihan kata. "Joni jatuh cinta pada Wati." menjadi "Joni jatuh cinta pada gadis tercantik di kampusnya."

· Teknik baku penulisan. Dalam hal ini mencakup EYD

· Tanda baca

· Dll

Dan sekarang kita telah memperolah NASKAH JADI.

Related Posts

Post a Comment